2.17.2005

Part V: Kirana & Matt

~Part four...

Ames, Summer 2007.

Pagi ini Kirana bangun dengan perasaan gugup. Hari ini konferensi dimulai dan ia pasti akan bertemu dengan Matt dan pikiran itu membuat perutnya tiba-tiba terasa mual. Apa yang akan ia lakukan pertama kali bertemu dengan lelaki yang pernah singgah di hatinya itu? Mungkin menyapa ringan saja, seolah tak pernah terjadi apa-apa di antara mereka. Tapi itu tak mungkin. Mengingat lelaki itu saja membuatnya sendu. Memikirkan kemungkinan bertemu saja membuat dirinya terlanda badai panik. Apalagi bertemu muka dan bertukar sapa. Jangan sampai ia mati berdiri nanti.

Tapi apa boleh buat. Tidak lucu namanya kalau ia sudah jauh-jauh datang ke konferensi ini, menghabiskan puluhan jam perjalanan dari Inggris, dan pada detik terakhir membatalkan kehadirannya dan presentasinya, hanya gara-gara seorang lelaki. The show must go on.

Setelah mandi, memakai setelan blazer dan celana panjang kain resmi hitam, dan makan pagi, Kirana turun dari kamarnya di lantai tiga ke Campanile Room di lantai satu tempat konferensi dilaksanakan. Sepanjang perjalanan singkat itu, Kirana sibuk menebak-nebak reaksi pertama Matt ketika bertemu untuk pertama kalinya dengan dirinya setelah dua tahun tak bertukar kabar apalagi bertatap muka. Tapi tiap kali skenario di otaknya berakhir dengan Matt yang menatapnya benci dan tiap kali pula hatinya berkeping-keping...

"Kirana! How are you, Girl!" dari jarak dua meter, Stella menyapanya dengan sedikit hiperbola. Beberapa peserta konferensi memandang Stella dengan tatapan terganggu, tapi temannya itu tampak tak perduli. Dihampirinya temannya itu dan dipeluknya erat.

"So, ready to meet Matt?" tanya Stella menggoda. Di bibirnya tersungging senyum nakal menggodanya. Tiba-tiba Kirana merasa perutnya mual dan darah di nadinya mengalir bak gelombang, panik melanda dirinya seperti gelombang tsunami.

"Ehm, not really. Tapi apa aku punya pilihan untuk tidak bertemu dengannya?"

"Iya sih. Apa yang akan kamu lakukan ketika pertama kali bertemu dengannya? Memeluknya? Terbengong-bengong? Atau malah pingsan?"

"Yang paling mungkin aku bakal mati berdiri." Stella terbahak mendengar jawabannya. "Atau mungkin aku melarikan diri, atau..."

Matt.

Sudut matanya menangkap sosok lelaki itu di belakang Stella, menghampiri mereka berdua. Stella yang tak menyadari kehadiran lelaki itu masih terus terbahak-bahak, tanpa menyadari wajah Kirana yang tiba-tiba memucat.

"Kalau kamu melarikan diri, Dr. Howard bisa kena serangan jantung karena kehilangan salah satu presenter. Tapi, serius kamu begitu gugupnya ketemu Matt? Kirana? Na?" Stella baru menyadari wajah Kirana yang begitu pias, seperti baru saja melihat hantu.

"Hello." Sapa Matt pendek ketika akhirnya ia berdiri di hadapannya. Stella yang baru melihat Matt berdiri di belakangnya langsung berceloteh riang menyambut mantan teman sekelasnya itu.

"Matt! What a pleasant surprise! Aku sudah lama menunggu-nunggu kamu. Kirana juga. Iya kan, Na?"

"Ehm, sort of. Ap..apa kabar, mmm..Matt?" Sinting, kenapa dia tiba-tiba jadi gagap begini.

"Baik, Cheri." Sahut Matt dengan tersenyum tipis. Damn, sudah lama ia tak mendengar nama julukan itu. Membuatnya jadi mengingat hari-hari dimana begitu seringnya ia mendengar lelaki itu memanggilnya dengan nada sayang. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa lelaki itu akan menyapanya begitu manis, begitu sayang...